Tepat 6 tahun lalu pada tahun 2018 pertemuan yang tidak direncanakan antara mempelai wanita dan mempelai pria, terjadi di kapal Ms.Westerdam.
Pertemuan singkat yang menjadi awal mula kisah mereka.

Kisah cinta yang di mulai dari pertemanan, rekan kerja dan teman Oikumene.
Ibarat kata “Jodoh tak lari kemana”, setelah tahun 2018 Tuhan memberikan jalan yang berbeda kepada keduanya untuk melengkapi diri masing-masing.

Pertemuan demi pertemuan yang tak direncanakan terjadi berulang kali di kantor, sampai saatnya tiba pada bulan Januari tahun 2023 Tuhan memberikan jalan pada mereka untuk terikat dalam satu lingkungan kerja yang sama.

Mempelai pria mengaku ada “kasih” yg berbedah yg dia rasakan setelah beberapa tahun tak jumpa. Tuhan menumbuhkan rasa itu kian besar seiring berjalannya waktu mereka berdua bekerja bersama selama 6 bulan.

Tepat pada September 2023 mempelai pria membulatkan tekad dan memantapkan hati untuk menghadap keluarga mempelai wanita dengan maksud meminta restu untuk lanjut ketahap yang lebih serius.

“Ibarat pelaut yang tangguh dihasilkan dari ombak dan badai yng tinggi” begitu pun proses mempelai pria mendapatkan restu dari keluarga mempelai wanita.

Hasil dari sebuah keteguhan hati yang kokoh membuat semuanya berjalan sampi pada tahap ini.
Sehingga Tuhan memgijinkan proses adat Batak berjalan. Mepelai pria mendapatkan marga batak “Hutahaean” setelah itu melangsukan pertunangan “Martupol” pada 20 Juli dan akan melangsungkan pernikahan yang kudus, disertai dengan adat Batak pada tanggal 3 Agustus nanti.